Senin, 24 November 2008

BERDOA DAN BERMANJA KEPADA ALLAH SWT


Pada umumnya seluruh umat Islam bahkan umat manusia di seluruh dunia selalu berdoa dalam kesehariannya, baik masing-masing ataupun bersama-sama, dalam keadaan senang ataupun susah, dalam keadaan sehat ataupun sakit, dan dalam keadaan makmur ataupun bencana, baik dengan rasa syukur ataupun meminta pertolongan. Doa merupakan keutamaan dalam ibadah setiap agama dengan cara yang beragam.

Pada kaum muslimin doa merupakan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam menjalankan rutinitas maupun kepada hal yang lebih spesifik guna memohon dan meminta pertolongan kepada Allah SWT. Di dalam Al-Quran banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang berdoa dan hanya kepada-Nya lah manusia pantas memohon dan meminta apapun. Diantaranya, Allah SWT berfirman:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS.Al-Baqarah:186)
“Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka,…” (QS.Ar-Ra’d:14)
Dari firman Allah SWT tersebut diatas sangat jelas bahwa hanya kepada-Nya lah manusia berdoa dan memohon sesuatu ataupun bersyukur karena telah melimpahkan karunia dan anugerah-Nya kepada seluruh langit dan bumi beserta isinya.
Namun dalam kehidupan manusia yang sangat kompleks pada persoalan dunia, begitu banyak manusia yang lupa pada perintah-Nya dalam berbagai hal disaat kehidupan mereka sedang merasa disenangkan oleh kehidupan dunia, mereka pun lalai dari doa mereka sendiri. Dan ketika manusia hidupnya berada dalam kesulitan atau bencana menimpanya barulah mereka berdoa kepada Allah SWT, baik dalam keadaan berbaring, duduk, ataupun berdiri. Namun setelah Allah hilangkan kesulitan dan bencana yang telah menimpa manusia, mereka seakan-akan lupa pada doa-doanya kepada Allah SWT untuk memohon pertolongan atas kesulitan atau bencana yang pernah menimpanya dan manusia kembali ke jalan yang sesat. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau derdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS.Yunus:12)
Adapun orang-orang yang merasa rajin dengan ibadahnya kepada Allah SWT, terkadang sering kali merasa kecewa dan putus asa, ketika sudah banyak berdoa, mereka merasa doa-doanya tidak dikabulkan oleh Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena mereka merasa masih tetap saja dalam kesengsaraan atau kesulitan. Dan pada akhirnya mereka melunturkan keimanan mereka sendiri terhadap Allah SWT, karena mereka berburuk sangka pada kasih sayang-Nya yang tanpa mereka sadari mereka telah merusak keimanan diri mereka sendiri. Dalam hal ini dimana letak permasalahnnya? Apakah Allah SWT memang lupa atau tidak mendengarkan doa hamba-Nya? Tidak! Allah SWT Tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang saleh. Namun, mengapa doa-doa hamba-Nya terkadang merasa tidak terkabulkan..? Pada tulisan ini saya ingin berbagi cerita bagaimana kebesaran Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang selalu mengabulkan doa-doa hamba-Nya yang sungguh-sungguh! Serta bagaimana sebaik-sebaiknya cara berdoa kepada Allah SWT?
Manusia pada umumnya sering tidak menyadari kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik pada dirinya, salah-satunya yang sering dilakukan ketika sedang mendapatkan masalah atau kesulitan justru lebih memilih menceritakan atau curhat tentang masalah atau kesulitan itu kepada teman/sahabat/keluarga yang dianggap dekat dan akrab. Dengan menceritakannya kepada mereka umumnya orang merasa lega karena orang terdekatnya sudah dan mau mendengarkan segala masalah, kesulitan, kegelisahan ataupun kesedihan hati. Bahkan yang lebih parah lagi ada juga orang ketika berada dalam kesulitan atau bencana malah memberikan sesajian kepada gunung, laut atau pohon keramat tapi berdoanya kepada Allah SWT. Dan ketika berdoa kepada Allah SWT biasanya manusia langsung pada point permintaannya. Semisal, jika sedang sakit kita akan berdoa meminta kesembuhan kepada Allah SWT, seraya berkata; “Ya Allah.. Sembuhkan hamba-Mu yang sedang sakit ini” atau mungkin dengan kalimat lainnya, yang tanpa disadari seolah-olah kita menggurui Allah SWT. Padahal tanpa kita ucapkan permintaan dari doa itu pun, Allah SWT sudah mengetahui kalau hamba-Nya sedang sakit dan yang diinginkan pasti kesembuhan. Hal itu yang mungkin juga dikatakan Allah SWT di dalam firman-Nya;
“Dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka” (QS.Al-Ahqaf:5).
Karena sudah jelas Allah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat, maka tidak ada satu pun yang luput dari-Nya. Manusia memang seharusnya selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT jika ingin selamat di dunia dan akhirat. Begitupun ketika dalam berdoa, baik sedang senang ataupun susah, sehat ataupun sakit, buatlah diri kita sedekat serta senyaman mungkin dengan Allah SWT, lalu kita ceritakan dan curahkanlah dengan berendah diri dan suara lembut segala permasalahan kepada-Nya, seperti dikatakan dalam dalam firman-Nya;
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara lembut.”
(QS.Al-A’raaf:55)
Bermanja-manjalah dalam memohon dan meminta sesuatu kepada-Nya, seperti halnya seorang anak kecil yang bermanja-manja ketika menginginkan sesuatu kepada orang tuanya. Karena Allah sendiri yang mengatakan di dalam surat Al-Baqarah:186 dengan firman-Nya; ‘annii fa innii qoriibun (Bahwasanya Aku adalah dekat) dan didalam surat Al-Qahf:16 dengan firmannya; wanahnu aqrobu ilaihi minhablil wariid (dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya) sangat jelas dalam ayat ini Allah SWT sangatlah dekat daripada urat leher manusia dan Allah SWT akan sangat senang pula apabila hamba-Nya sangat dekat dan akrab kepada-Nya seperti kalimat qoriib dan aqrobu yang dikatakan ayat tersebut, dan Allah SWT pun akan sangat senang mendengarkan dan mengabulkan permohonan serta permintaan dari doa-doa hamba-Nya. Walaupun Allah sudah mengetahui apa yang terjadi pada hamba-Nya sebelum memohon. Namun haruslah tetap kita sampaikan karena Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan doa-doa hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Semisal, jika sedang sakit kronis, ceritakan dan curahkanlah semua keluh-kesah rasa sakit kita kepada-Nya, dengan lembut, seraya berkata;
Example:
“Ya Allah.., Engkau-lah yang memberikan cobaan ini pada hamba, rasa sakit yang sungguh luar biasa sakitnya.., dari mulai ujung kaki hingga ujung rambut ini merasakannya.., sakit yang amat sangat.., meskipun hamba rasa sudah tidak lagi mampu menahan sakit ini.., namun kuatkanlah hati hamba selalu dalam keimanan-Mu, dalam menerima cobaan ini.., hamba yakin Engkau masih sayang kepada hamba.., Engkau-lah Maha Pemilik Segala-galanya.., maka hanya dengan izin-Mu lah hamba memohon.., berikanlah jalan yang terbaik bagi penyakit hamba ini.., dan jadikanlah hamba-Mu ini kedalam golongan orang-orang yang sabar.., Amiin.. Ya Rabbal’alamiin..”
Setelah berdoa, serahkan dan biarkanlah Allah SWT yang menentukan segala urusan serta jalan keluar yang terbaik, dan kita sebagai manusia harus tetap berikhtiar sesuai kemampuan yang dimiliki. Jangan pernah merasa kecewa kepada-Nya dari hasil yang sudah ditentukan oleh Allah SWT apabila tidak sesuai dengan keinginan hati. Karena yang baik menurut manusia sesungguhnya belum tentu hal itu baik, dan yang buruk menurut manusia belum tentu juga hal itu buruk, seperti yang Allah SWT katakan di dalam firman-Nya:
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah maha mengetahui sedang kamu tidak mengetahui."
(QS.Al-Baqarah:216)
Kita mungkin masih ingat cerita Nabi Ibrahim a.s yang dibakar oleh raja Namrud dan tentaranya yang sangat kejam. Pada tulisan ini saya ingin mengingatkan kembali cerita bagaimana kejadian di saat nabi Ibrahim dibakar. Dengan tangan nabi yang terikat erat di sebuah tiang dan disekelilingnya diletakan kayu bakar yang telah disusun untuk membakar dirinya, dan ketika nabi Ibrahim hendak berdoa kepada Allah SWT, datanglah malaikat jibril yang sangat ingin menolongnya, seraya berkata; “wahai Ibrahim, aku datang hendak menolongmu, engkau katakan saja apa yang harus aku lakukan untuk menolongmu dari Namrud yang kejam itu” lalu nabi Ibrahim menjawab dengan tegas kepada malaikat Jibril, seraya berkata; “wahai Jibril aku tidak butuh pertolongan darimu, aku hanya butuh pertolongan kepada Allah Semata” dan malaikat Jibril kembali menjawab, seraya berkata; “lalu apa yang harus aku katakan kepada Allah SWT untuk menyelamatkanmu” kemudian nabi Ibrahim menjawab lagi dengan tegas kepada malaikat Jibril, seraya berkata; “wahai Jibril engkau ceritakan saja kepada Allah SWT apa yang terjadi pada diriku saat ini. Setelahnya biarkanlah Allah yang menentukan takdirku” Dan malaikat Jibril pun pergi menghadap Allah SWT dan menceritakan kejadian apa yang sedang menimpa nabi Ibrahim a.s. Namun apa yang terjadi pada saat itu..? nabi Ibrahim tetap dibakar oleh raja Namrud dan tentaranya yang sangat kejam. Kemudian datanglah pertolongan Allah SWT kepada nabi Ibrahim a.s, dengan fiman-Nya:
Dan Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim", (QS.Al-Anbiya:69)
Dan apa yang terjadi setelah turun firman Allah SWT kepada Nabi Ibrahim a.s? nabi menggigil kedinginan di dalam kobaran api yang menyala dan menjilat-jilat sampai api perlahan-lahan padam karena kayu sudah terbakar habis dilalap api dan menjadi abu. Namun apa yang kemudian disaksikan raja Namrud dan tentaranya? Mereka melihat nabi Ibrahim masih hidup dalam keadaan menggigil kedinginan dan kedua tangan nabi sudah tidak terikat.
Dari cerita kisah Nabi Ibrahim ini umat manusia dapat mengambil pelajaran berharga, kita bisa bayangkan bagaimana nabi Ibrahim menolak bantuan dari malaikat Jibril, yang sangat mungkin dengan mudahnya bagi malaikat Jibril membebaskan nabi Ibrahim tanpa harus dibakar. Dan Allah SWT pun tetap membiarkan nabi Ibrahim dalam keadaan terikat dan terbakar yang kemudian api menjadi dingin seperti es atas perintah Allah SWT. Padahal sangat mudah bagi Allah SWT menolong nabi Ibrahim dengan cara lain pada saat itu sekaligus membalas kezaliman raja Namrud dan tentaranya serta kaum kafir yang menginginkan nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup. Semisal, dengan cara mendatangkan badai, hujan lebat dan petir yang dahsyat atau lainnya.
Namun begitulah rencana dan cara Allah SWT bekerja dalam menentukan serta memberikan pertolongan, baik bagi para nabi, rasul serta hamba-hamban-Nya yang saleh, semua sesuai dengan kehendak-Nya, manusia sebagai ciptaan hanya bisa berserah diri dan bersimpuh pada Maha Kasih Sayang-Nya. Jangan sampai kita menjadi lupa diri setelah apa yang menimpa kita sudah dilapangkan Allah SWT seperti ayat yang diterangkan dalam QS.Yunus:12 atau lalai dalam doa kita sendiri seperti didalam QS.Al-Ahqaf:5 yang sudah dibahas diatas. Sebagai hamba Allah SWT yang beriman, janganlah kita berhenti bermanja, berdoa, memohon, meminta, mencurahkan, mengingat serta menyembah selain daripada Allah yang Maha Segala-Nya. Seperti yang dikatakan Allah SWT dalam Firman-Nya:
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.” (QS.An-Nisa:103)
Kita tidak perlu sungkan ataupun bermalas-malas dalam melakukan ibadah kepada-Nya, karena sesungguhnya karunia dan rezeki Allah SWT tidak terbatas. Hanya bagaimana hamba-Nya saja mau memanfaatkan dengan baik atau tidak. Maka sungguhlah rugi apabila kita menjadi orang-orang yang bodoh. Dan Insya Allah kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung. Subhanallah.. ‘Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin..!

Tidak ada komentar: